Nama
: Jidon Jokohael
Sekolah:
SMA Elat
Kelas
: II
Umur
: 15 tahun
Alamat :
Desa Ohoinangan, Elat, Kei Besar
Anak ini menganyam atap
demi membantu orangtuanya untuk mendapatkan biaya sekolah dan
kebutuhan hidup lainnya. Apa yang terlintas dibenak kedua adik
sepupunya, yang sedang memperhatikan gerak jari kakaknya menganyam
atap ? Yang jelas sang kakak agak terkejut sambil memangku adiknya,
ketika kilatan blitz kamera menyambar wajahnya. Sementara itu sang
kakak sepupu terus tekun menganyam dan adik bungsu dalam pangkuan
kakaknya juga tekun melihat kerja kakak sepupunya.
Aktivitas
ini menjadi semacam pewarisan ketrampilan dari orang tua kepada anak
ataukah sekedar mengisi keteduhan hidup anak-anak desa, dibalik
siraman hujan rintik panjang musim timur yang mengepung desa
Ohoinangan, tempat jepretan ini dibuat. Di desa ini, atap biasanya
dijual satu lembar/bengkawang Rp 2.000,- Pemasarannya cukup baik,
terlihat dari banyaknya pesanan, seperti pengakuan warga desa. Namun
masyarakat belum mengupayakannya secara baik menjadi semacam industri
rumahtangga. Waktu ditanya mengapa belum melirik ke upaya seperti
itu, jawabannya adalah karena konsentrasi masyarakat masih tertuju
pada usaha kebun untuk makanan sesehari dan usaha sayuran untuk
dijual ke pasar. Jika ditelaah, sebenarnya usaha atap dan usaha kebun
sayur, sama sama mendapatkan uang. Tapi masyarakat belum bisa jeli
melihat peluang waktu dan musim, sehingga kesinambungan usaha bisa
berkaitan tanpa saling tindih usaha hidup anyam atap dan usaha kebun
sayur. Di Ohoinangan banyak tersedia pohon sagu. Sepanjang jalan di
sisi kiri dan kanan, penuh dengan hutan pohon sagu. Tapi penduduk
lebih senang mengambil daun sagu saja untuk dianyam menjadi atap,
ketimbang memangkur isi pati sagunya untuk diolah menjadi sagu
sebagai bahan makanan. Olah sagu untuk makan sehari-hari hanya
dilakukan jika sudah tidak ada makanan hasil kebun, atau musim
paceklik. Penduduk lokal menyebutnya ‘musim kelaparan.’
Pada umumnya masyarakat
membiarkan saja pohon sagu tumbuh sampai mati sendiri. Biasanya
setelah cukup lama tumbuh sampai berbunga dan berbuah, maka pohon
sagu akan mati dengan sendiri.
Kondisi
tanah desa Ohoinangan yang berada di ketinggian dengan hawa sejuk
memungkinkan masyarakat bisa berkebun sepanjang tahun, terutama usaha
tanaman sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang banyak ditanam adalah
kacang panjang, sawi, terong, bayam dan labu siam. Biasanya untuk
persiapan acara-acara pesta besar, si yang punya hajat selalu memesan
ke Ohoinangan.
Hasil
kebun : enbal, singkong, keladi, ubi-ubian
Sulitnya
pemasaran hasil kebun dan saur-sayuran adalah pada aspek pemasaran.
Konsumen yang hanya sebatas penduduk kota Elat dan sekitarnya membuat
warga belum bisa berusaha meningkatkan produksi secara maksimal.
=Babilon=
June
03, 2011
Nick
Sedubun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar