Agama dan
Magi
Tatap Muka
ke-2
1.
Pengertian
a.
Agama adalah
sikap iman (percaya) manusia kepada hakekat tertinggi :
i.
Menaungi hidup
ii.
Kebergantungan
1.
Yang melahirkan
sikap batin khusus
2.
Relasi khas
iii.
Sifat percayanya
permanen, abadi, kekal seumur hidup
b.
Magi adalah
percaya kepada suatu peristiwa/kekuatan supranatural atau keajaiban
i.
Sifatnya darurat/sesaat
ii.
Bentuknya :
bermacam-macam
2.
Jenis-Jenis Magi
a.
Magi putih,
dipahami sebagai penolong dalam berbuat
baik
i.
Pele badan, atau
penangkal bala,
ii.
Kekebalan,
iii.
Perlindungan dari
bahaya dan bencana
iv.
Mantra
keberhasilan
b.
Magi hitam,
dipakai untuk menyusahkan orang
i.
Pakatang,
ii.
Doti
iii.
Suanggi
3.
Hubungan Agama dan
Magi
a.
Hubungan kooperativ,
i.
Agama meyakini
dan seakan dikuatkan oleh kekuatan magis
ii.
Contoh doa
diikuti dengan shamanisme/okultisme/tukang berobat
b.
Hubungan konfrontatif,
i.
Agama melihat
magi sebagai produk iblis, setan, kafir
ii.
Tidak Kristiani
dan mutlak ditolak
c.
Hubungan kompetitv,
i.
Agama bersaing
dengan magi untuk menyatakan kekuatannya
ii.
Contoh :
1.
Sasi Gereja dan
sasi adat
2.
Doa di Gereja dan
ritual adat
Pustaka :
-
R. Soebagya, Agama dan Alam Kerohanian Asli di Indonesia,
Cipta Loka Caraka, Jakarta 1979
-
Harun Hadiwijono,
Religi Suku Murba di Indonesia, BPK,
Jakarta 2009
-
,, , Agama Hindu dan Budha, BPK, Jakarta 2010
Konsep
Ketuhanan
Tatap Muka
ke-5
Konsep Ketuhanan
a.
Dualisme
1.
Pengertian. Faham yang meyakini bahwa alam
semesta ini terdiri dari dua bagian :
a.
Atas – bawah
b.
Tinggi – rendah
c.
Darat – laut (Maluku)
d.
Laki2 – perempuan
e.
Dewa – dewi
f.
Langit – bumi
2.
Sifat
a. Dua-duanya
punya peran berbeda dan tidak bisa dipertemukan.
b. Ilmu
atau upaya memahaminya disebut kosmologi atau upaya mencari keseimbangan
supaya jangan keduanya marah atau murka dan membawa petaka bagi manusia. Tanda-tanda
salah satu dari dua bagian alam itu murka adalah terjadi bencana;
i.
Banjir
ii.
Kekeringan
iii.
Gunung meletus
iv.
Wabah penyakit
v.
Kematian
c. Untuk
itu dibuatlah ritual tertentu untuk mendapatkan keseimbangan, harmoni:
i.
Sesajen,
ii.
Pesta kebun baru,
iii.
Natsar adat
iv.
d. Keseimbangan
atau harmoni dilaksanakan dalam bentuk ritual, bukan untuk menyatukan. Tetapi
untuk mempertemukan.
e. Penghubungnya
disebut :
i.
Tuan tanah
ii.
Kepala adat
iii.
Leb (kepala adat Kei)
b.
Ketuhanan menurut
1.
Agama Hindu
a.
Percaya kepada beberapa dewa
i.
Brahmana (agama)
ii.
Wishnu (kehidupan
diberkati)
iii.
Siwa (hukuman)
b.
Melakukan persembahyangan dengan ritual khusus
c.
Patung, arca atau dewa-dewi adalah simbolisme
figure atau tokoh yang dihormati
d.
Sifatnya :
i.
Polities (banyak dewa)
ii.
Artistic (indah, semarak)
iii.
Khusuk
2.
Agama Budha
a.
Percaya kepada Budha
b.
Menjadi Bodisatwa,
berusaha melakukan pengabdian sampai mencapainya
i.
Contoh pemeliharaan alam lebih berhasil di
komunitas ini (Ker. Bhutan)
ii.
Sisi kelambatan penetrasi IPTEK.
c.
Melakukan persembahyangan dengan ritual khusus
d.
Sifatnya
i.
Artistic (indah, semarak)
ii.
Khusuk
3.
Agama Suku
a.
Percaya kepada benda-benda alam
i.
Langit
1.
Bulan,
2.
Bintang
3.
Matahari
4.
Mata angin
ii.
Bumi
1.
Pohon besar
2.
Batu besar/khas
3.
Kolam air
4.
Tanjung tertentu
iii.
Hewan
1.
Ular
2.
Babi
3.
Kera
4.
Burung
b.
Persembahyangan dengan ritual khusus
c.
Sifatnya :
i.
Rahasia
1.
Di hutan
2.
Di gunung
3.
Pada malam
4.
Diikuti anggota komunitasnya saja (eksklusif
ii.
Terbuka
1.
Di muka umum
2.
Diikuti masyarakat
Keselamatan
Tatap Muka
ke-6
Keselamatan
menurut
A.
Agama Hindu
a.
Pendeta Hindu
disebut Pandita
b.
Konsep Keselamatan dipahami dengan :
i.
Menaati Hukum
dalam Kitab Suci Weda
1.
(wid = tahu)
2.
Weda adalah wahyu
Dewa. Weda Samhita = pengumpulan Kitab Weda
3.
Berisi rumusan
mantra-mantra
4.
Isi kepercayaan
menurut kitab Weda Samhita Ada 2 zat
yang lebih tingi dari manusia
a.
Para Dewa
i.
Dewa-dewa ini = penolong
manusia
ii.
Dewa-dewa langit
iii.
Dewa-dewa bumi
b.
Roh-roh jahat terdiri
dari dua golongan ;
i.
Tinggi
martabatnya
1.
Musuh para Dewa
ii.
Roh-roh yang rendah
martabatnya
5.
Manusia bisa
melindungi diri dan melawan roh-roh jahat
a.
b.
Dengan
melaksanakan berbagai upacara/ritual
c.
Upacara-upacara
itu tertuju kepada para Dewa
d.
Para dewa
membantu manusia melawan roh jahat.
i.
Supaya mendapat
kemurahan dewa
ii.
Terhindar
peremusuhan dengan roh jahat
iii.
Memuja para
leluhur
ii.
Manusia yang melanggar Weda
1.
Akan terkena Hukum
Karma atau hukuman sumpahan berupa ;
a.
Sakit, gagal,
sampai mati
c.
Sifatnya :
ditentukan (terjadwal).
d.
Inti :
keselamatan berarti melaksanakan ritual kepada pada Dewa
B. Agama Budha
a.
Pendeta Budha
disebut Biksu
b.
Konsep Pokok
Ajaran Budha adalah Dharma atau
Dhamma, yaitu 4 Kebenaran yang mulia = empat aryastyani, yaitu :
i.
Dukha = penderitaan. Hidup adalah (penuh dengan) derita
ii.
Samudaya = sebab. Penderitaan adalah sebab.
iii.
Nirodha = pemadaman/jalan kelepasan. Pemadaman/jalan
kelepasan hidup yang sengsara terjadi lewat (pemadaman keinginan)
1.
Penghapusan
keinginan secara sempurna
2.
Pembuangan
keinginan itu
3.
Penyangkalan
terhadapnya
4.
Pemisahan diri
darinya
5.
Tidak memberi
tempat kepadanya.
iv.
Marga = kelepasan. Ada 8 jalan pemadaman
penderitaan/kelepasan.
1.
Percaya yang
benar
2.
Maksud yang benar
3.
Kata-kata yang
benar
4.
Perbuatan yang
benar
5.
Hidup yang benar
6.
Usaha yang benar
7.
Ingatan yang
benar
8.
Semadi yang benar
Catatan : 8 bagian ini terdiri dari 3 bagian besar,
yaitu :
1.
Sraddha atau Iman, (1)
percaya yang benar.
2.
Sila (2-7),
(2) maksud yang benar, (3) kata-kata yang benar, (4) perbuatan yang benar, (5)
hidup yang benar, (6) usaha yang benar dan (7) ingatan yang benar.
3.
Semadi (8)
4.
Sraddha/iman atau
percaya yang benar dan menyerahkan diri kepada dharma membawa manusia kepada kelepasan.
5.
Sila perlu
dijalani untuk melaksanakan semadi.
c.
Sifat. Pokok
ajaran Budha bahwa hidup adalah menderita.
i.
Karena derita itu
Budha menjelma ke dunia.
ii.
Penderitaan
disebabkan oleh kehausan (ada 12
pokok permulaannya)
iii.
Segala macam
kerugian jasmani dan rohani adalah menderita.
iv.
Tidak ada
kesenangan yang kekal
v.
Kesenangan itu
sendiri adalah penderitaan, sebab
1.
Kesenangan itu
berada di luar diri manusia
2.
Orang takut
kehilangannya
d.
Inti : selamat
berarti menjalani 4 Kebenaran yang mulia = empat aryastyani, yang berinti pada dukha, samudaya, nirodha dan marga.
e.
Pustaka :
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha,
BPK, Jakarta 2010
C. Agama Suku
a.
Penghubung agama
suku
i.
Tuan tanah,
mauweng, maueng, leb (kei)
ii.
Kepala adat
iii.
Raja.
b.
Konsep.
Keselamatan dari murka roh leluhur diwakilkan dalam bentuk kuasa alam atas dan kuasa alam bawah.
Jadi, manusia harus :
i.
Menjaga keseimbangan
di antara alam atas dan alam bawah
ii.
Menjaga harmoni
iii.
Upaya menjaganya
dengan melakukan ritual
c.
Sifat.
i.
Ritual adalah
inti menjaga keseimbangan menuju hidup yang selamat.
ii.
Mengikat.
Artinya, kontinyu dan tertata.
d.
Inti. Penawaran
murka adalah ingat ritus ritual.
Ritual
Kurban
Tatap
Muka ke-7,
A.
Pengertian
Ritus atau upacara adat adalah kelakuan (budi dan daya) simbolis
(tanda-tanda benda: batu, kayu, uang dll) untuk memulihkan tata alam (dualisme:
atas-bawah, turun-naik, darat-laut, dewa-dewi) dan menempatkan manusia di
dalamnya.
B.
Tujuan
·
Untuk menjaga
keseimbangan alam
·
Memelihara
kesucian negeri
·
Selamat dari
berbagai bencana : wabah penyakit, banjir, kekeringan dan kematian
C.
Penghubung :
·
Tuan tanah/mauweng
·
Kepala adat
·
Raja
·
Leb (Kei)
D.
Wadah/Lokasi :
·
Pohon besar
·
Batu besar
·
Tanjung
·
Kolam air
E.
Materi simbolis
·
Tali
·
Batu
·
Sirih
·
Pinang
·
Tembakau
·
Uang logam-koin
·
Darah hewan
F.
Kegiatan :
·
Yang punya kaul
mendatangi Tuan tanah/kepala adat/Raja/leb
menyampaikan maksud ritus kurban atau natsar adatnya
·
Tuan tanah/kepala
adat/Raja/leb menerima
dan menyampaikan syarat
o
Kesepakatan mahar
o
Kesepakatan lain
§ Tabu
tertentu :
waktu,
makanan,
berpakaian, dll
·
Tuan tanah/kepala
adat/Raja/leb
menyampaikan ritus kurban atau natsar adat
o
Di lokasi awal
§ Rafal/mantra
awal
§ Berjalan
ke lokasi ritus korban
o
Di lokasi ritus korban
§ Rafal/mantra
penyajian
§ Penyajian
materi simbolis kurban
Di atas,
disisipkan dicelah,
digantung
ditanam, dll
·
Dll
G.
Sifatnya rahasia
·
Waktu ;
o
Malam
o
Sunyi, dll
·
Tempat :
o
Tersembunyi
o
Sepi
o
Angker, dll
H. Hubungannya
dengan Agama
·
Hindu
o
Percaya kepada
isi Kebenaran dalam kitab Weda
o
Ritual kepada
§ Dewa Brahma
§ Dewa Wisnu
§ Dewa Siwa
o
Maksud dan bahan
tertentu
o
Ritual kepada
Dewa
o
Hindari ancaman
Roh Jahat
·
Budda
o
Laksanakan Dharma; empat
kebenaran yang termulia
§ Dukha
§ Samudaya
§ Nirodha
§ Marga (semadi)
·
Suku
o
Ritual
dilaksanakan untuk
§ Menjaga harmoni atau keseimbangan alam
§ Penyucian negeri dari hal-hal buruk
§ Keselamatan manusia dalam negeri bersangkutan
o
Waktu
§ Kontinyu
§ Konsisten
§ khusuk
Doa
dan Meditasi
TM
ke-9 (Selasa, May 20, 2014)
Doa:
-
Hindu, Budda
& Suku-K:
o
Ritual tertentu
o
Bahan tertentu
o
Bikhu dan Biksu,
mauweng-tuan tanah
o
Rapal doa
-
Prakteknya
o
Pembakaran dupa
§ Buddha, awal ritual
§ Hindu, situasional
§ Suku-K, jarang.
o
Pemberian sesajen
§ Variasi bahan
§ Tergantung maksud
o
Penciptaan
suasana hening
§ Wajib convenience, persuade (meyakinkan)
§ Isolasi
lingkungan
-
Manfaatnya
o
Penyucian
o
Pencerahan diri
o
Pemujaan
o
Keselamatan
pribadi dan umat
Meditasi:
-
Hindu
o
Situasional
o
Dituntun Bikhu
§ Pribadi
§ Umat
-
Budha
o
Wajib terstruktur
o
Klimaks Dharma
dengan 4 Kewajiban
§
Dukha = penderitaan. Hidup adalah (penuh dengan) derita
§
Samudaya = sebab. Penderitaan adalah sebab.
§
Nirodha = pemadaman/jalan kelepasan. Pemadaman/jalan
kelepasan hidup yang sengsara terjadi lewat (pemadaman keinginan)
§
Marga = kelepasan. Ada 8 jalan pemadaman
penderitaan/kelepasan.
·
Semadi yang benar
-
Suku-K
o
Situasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar