Selasa, 13 Mei 2014

Materi Kuliah Kebudayaan dan Kearifan Lokal Maluku Tenggara



Kebudayaan Maluku Tenggara
Tatap Muka ke- 7, Rabu, 7 Mei 2014
Oleh: DR. Nick Sedubun 

A.      Demografi
1.      Kei Besar
a.      Daerah pantai datar
b.      Ke darat bergunung
2.      Kei Kecil
a.      Pantai landai
b.      Ke darat berbukit

B.      Populasi
1.      Kei .
a.      Campuran Astronesia dan Polinesia
b.      Kulit hitam gelap-terang
c.       Rambut keriting
2.      Banda Eli , pelarian dari Banda pada masa Gubernur Belanda J. P. Coen
a.      Kulit hitam terang
b.      Rambut ikal lurus

C.      Matapencaharian
1.      Berkebun
a.      Singkong beracun diolah menjadi enbal
b.      Hasil kebun : kasbi, ubi, kumbili, petatas, keladi
2.      Kelapa             : kopra
3.      Potensi sagu    : kurang diolahj
4.      Hasil laut
a.      Mancing: ikan
b.      Perusahan ikan
c.       Lola, teripang
 
D.     Makanan Pokok
1.      Enbal
2.      Hasil kebun
3.      Beras raskin

E.      Agama
1.      Islam
2.      Katolik
3.      Protestan
4.      Kristen lainnya

F.       Adat-budaya
1.      Sistem nilai ain ni ain, atau kearifan lokal Kei.
2.      Peribahasa dalam bahasa Kei atau perumpamaan disebut ;
a.      Misil-masal, berarti perumpamaan.
b.      Sukat-sarang, berarti suatu pernyataan yang mengungkapkan tentang kebenaran. Misalnya : karena batas tanah, sanak saudara rela mati.  
c.       Liat-dalil (Renyaan 1974). Liat-dalil berarti kata-kata sinis. Misalnya : membicarakan perilaku orang lain tetapi tidak secara langsung tertuju kepadanya atau seperti ‘pukul tiang kena tembok.’
3.      Perbendaharaan misil-masal, sukat-sarang dan liat-dalil akan ditemukan dalam isi nasehat atau petuah yang disampaikan demi pembentukan sikap hidup pribadi atau warga masyarakat umumnya.
4.      Bahasa :
a.      Kei (mayoritas)
b.      Banda Eli (Bandaeli)
c.       Kur-Mangur (penduduk Kur-Mangur)
5.      Tari-tarian
a.      Tari sawat, tari modern,
b.      Tari tanam padi atau hawae kokat.  Di Kei, masyarakat menanam padi ladang dengan sistem berpindah-pindah dan dilakukan secara tidak tetap, karena mereka bergantung pada musim hujan. Ada pertanyaan menarik berkaitan dengan tarian tanam padi yang sebenarnya menampilkan identitas masyarakat agraris, yang lebih banyak ada di pulau Jawa. Nampaknya ada keterkaitannya dengan asal-usul orang Kei yang berasal dari Jawa. Sementara selama ini disebutkan mereka berasal dari Bali.
c.       Tari penyambutan tamu, yang juga sudah dimodifikasi.  
d.      Tari-tarian  tua, seperti :
                                                              i.      Tari sawat, atau tari pergaulan ditarikan laki-laki dan perempuan; 
                                                            ii.      Tari perang, ditarikan oleh laki-laki yang menggambarkan keperkasaan dan kepahlawanan;  
                                                          iii.      Tari sosoi - yerik : tarian yang diiringi lagu dan pantun oleh perempuan. Tarian ini untuk minta hujan ketika kemarau panjang, minta badai teduh, dan puji-pujian ketika sebuah perang berakhir.
                                                           iv.      Meditasi atau dok mol berarti diam merenung selama laki-laki sedang pergi perang. Biasanya meditasi dibuat oleh para perempuan desa selama kaum laki-laki ada di medan perang.
                                                             v.      Peralatan tarian adat : tifa, gong dan seruling.
e.      Sementara tarian-tarian tua lainnya, sudah hilang.
f.        Yang tinggal sekarang hanya ‘generasi menjelang kubur’ saja yang mampu menarikan dan mengenalnya dengan baik.
g.      Menurut penulis, kehilangan pantun-pantun tua dan tarian-tarian tua menunjukkan bahwa masyarakat telah kehilangan kesantaian, rekreasi dan relaksasi desa, yang penuh hikmat, ketenangan dan kesejukan hidup. Bentuk-bentuk hidup santai, rekreasi dan relaksasi seperti itu mestinya berkaitan dengan identitas adatnya, yang disimbolkan dalam menari, berpantun atau bercerita. Ketiga simbol adat ini tidak asal jadi saja dilaksanakan. Sebab ia penuh makna, yang menghubungkan hidupnya dengan sesamanya dan sekaligus hubungannya dengan roh leluhur. Dengan menari, berpantun atau bercerita, sesungguhnya ia mencari untuk menemukan dan memiliki lalu membaginya dalam sebuah harmoni berupa perburuan inspirasi, refleksi dan praksis hidup.
h.      Karena itu, simpul santai, rekreasi dan rileks, bahkan seluruh aktivitas hidupnya sebagai masyarakat adat, tetap punya tujuan mendasar yaitu menemukan harmoni hidup yang semurninya (Subagya 1979:76, 97, 110).

5.      Hukum adat Larvul Ngabal
6.      Maren atau hamaren, bentuk kerjasama sosial desa.
7.      Yelim, pemberian kepada suatu kaul tertentu.
8.      Bukmam, sirih pinang untuk maksud adat tertentu.
9.      Strata sosial
a.      Mel-mel (atas, bangsawan)
                                                              i.      Mel-nangan, asli Kei yakni tuan tanah dijadikan ren-ren
                                                            ii.      Mel-roa, pendatang : Bali, Ternate, Arab, Jawa
b.      Ren-ren (tengah)
c.       Iriri (bawah, budak belian)


Hukum Adat Larvul Ngabal dan Sistem Nilai ain ni ain
Tatap Muka ke-8, Rabu May 14, 2014

A.      Sistem nilai ain ni ain. Lengkapnya ain ni ain, vuut ain mehe ngifun, manut ain mehe tilor
1.      Pengertian
Ain       =  satu             vuut                 =  ikan             manut              =  unggas/burung
Ni         =  punya          ain mehe         =  punya          ain mehe         =  punya
Ain       =  satu             ngifun             =  telur             tilur                 =  telur
Arti harafiahnya adalah
-          Ain ni ain berarti satu punya satu,
-          Vuut ain mehe ngifun berarti ikan punya telur,
-          Manut ain mehe tilor berarti unggas (juga) punya telur.
-          Artinya, (orang Kei) yang satu memiliki (orang Kei) yang lain; seperti ikan punya (berasal dari satu) telur (dan) seperti (juga) unggas punya (berasal dari satu) telur.
-          Secara luas sistem nilai ini mengartikan tentang hubungan hidup mereka yang saling memiliki, karena mereka semua berasal dari satu sumber (telur dari satu ikan/unggas). Kata saling memiliki mengartikan bukan sebagai pemilikan pribadi, ownership. Tetapi pemilikan persaudaraan, brotherhood, yang menekankan pada hubungan di antara mereka. Hubungan hidup persaudaraan di antara mereka penting karena mereka berasal dari satu sumber.
-          Orang Kei adalah basudara karena mereka saling memiliki ; karena mereka berasal dari satu sumber, yaitu telur ikan atau telur unggas.

2.      Sifat
a.      Universal
b.      Elitis
c.       Situasional

3.      Dengan sistem nilai lokal
a.      Sistem nilai lokal
                                        I.          Ada banyak bentuk dengan isi yang berbeda dan kaya, dari adat budaya lokal
                                      II.          Berupa :
a)      Pantun
b)      Nyanyian
c)      Tarian 
                                    III.          Dipelihara dengan baik
b.      Fungsinya; mengatur, memberi sanksi, memuliakan

4.      Dengan kasta
a.      Tidak punya hubungan sama sekali
b.      Banyak kali menjadi komoditi politis
c.       Nampaknya, hanya menampung kelompok aspirasi elit

B.      Hukum Adat Larvul Ngabal

Dokumen Hukum Adat Larvul Ngabal
HukumAdatLarvulNgabal

HukumAdatLarvulNgabalterdiridari7pasalitu, yaitu :
  1. Uud entauk atvunad                      = kepalakitabertumpupadatengkukkita
  2. Lelad ain fo mahiling                      = leherkitadihormati, diluhurkan
  3. Ulnit envil atumud                         = kulitmembungkusbadankita
  4. Lar nakmud ivud                          = darahtinggaltenangdalamperutkita
  5. Rek fo mahiling                             = perbatasan (ambangabu) dihormati
  6. Moryain fo kelmutun                      = perkawinan/kemurnianharusdihormati
  7. Hira ni ntub foi ni, it did ntub fo it did   = milik orang ttpmilik orang, milikkitattpmilikkita

Tujuh pasal Hukum Adat LarvulNgabal itu bermuara pada tiga gagasan pokok, yaitu :
A.      Pasal 1, 2, 3 dan 4, membahas tentang Hukum yang mengatur tentang Hubungan sosial di antara manusia, disebu Hukum Navnev.
B.      Pasal 5 dan 6, membahas tentang Hukum Kesusilaan, disebut HukumHanilit.
C.      Pasal 7, membahas tentang Hukum Hak Milik, disebut Hukum Hawear Balwirin.

SasaSor Fir HukumNavnev :
1.Mu’ur nar-auban fakla         = mengatai, menyumpahi
2.Haung hebang                     = berencana/berniat jahat
3.Rasung amu-rudang dad        = mencelakakan dengan cara black magic
4.Kevbangil                           = memukul, meninju
5.Tavahai-sung tahat               = melempar, menikam, menusuk                       
6.Fedanna-tetatvanga  = membunuh, memotong, memancung
7.Tivak/luduk fo vavain          = menguburkan/menenggelamkan hidup-hidup

SasaSor Fit HukumHanilit :
1.Sis af                                = panggil dengan lambaian tangan ataumendesis
2.Kif uk matko                     = main mata, kerling dengan kedipan sebelah mata
3.Ngis kafir/temar u mur        = mencubit, senggol/kena depan atau belakang busur
4.En a lebak                        = meraih dan memeluk
5.Val ngutun tenan, ne seranbaraun= membalik penutup alas bawah (melepas pakaian dalam)
6.Marva anfo ifun                   = menghamilkan di luar nikah
7.Manuu, marai                     = membawa lari atau merampas isteri orang

Sasa Sor Fit Hukum Hawear Balwirin :
1.Vartayad                          = menginginkan barang orang lain secara tidak sah
2.It bor                                           = mencuri
3.It kulik afa bor bor                          = menyimpan barang curian
4.Taan rereang, it uot afa waid              = makan upah tanpa kerja
5.It liik ken hira ni afa, tefeen it naail      = ambil milik orang lain, tapi tidak mau kembalikan
6.It lavur hira niafa                            = merusakan/membinasakan barang milik orang lain
7.Tahak uuk tomat rir rereang neblo       = tahan/tidak bayar upah orang lain dengan benar

Sumber : Ohoitimur 1983


Dokumen Perkiraan Pelaksanaan Hukum Adat Larvul Ngabal
Generasi Pertama

Hal-hal yang berbeda
Sahnya status dari orangtua Dit Sakmas.
Labetubun menyebut Dit Sakmas adalah anggota rombongan Kasdew yang tiba dari Bali. Rahail dan Ngamel menyebut Dit Sakmas adalah anak Kasdew. Rahail lebih rinci menyebut Dit Sakmas adalah “anak perempuan paling bungsu” Kasdew; sedangkan Ohoitimur mengatakan bahwa Dit Sakmas adalah anak putri dari Tebtut, anak Kasdew. Berarti menurut Ohoitimur, Dit Sakmas itu cucu Kasdew.
Pertanyaan mengenai status Dit Sakmas apakah ia anak ataukah cucu Kasdew ini penting karena dari padanya akan memberi kejelasan tentang rentang waktu legitimasi dan penyebaran Hukum Adat Larvul Ngabal di tanah Kei. Menanggapi paparan para penulis sejarah Hawear di atas, maka penulis lebih cendrung menerima pendapat Ohoitimur berdasarkan hasil wawancara bahwa hukum Ngabal itu disebarkan oleh halaai Bomav, yang kawin dengan putri dari Arnuhu dan Dit Sakmas yang bernama Bunte Nuhu Dit. Itu berarti Dit Sakmas adalah generasi ketiga yang mengalami kehidupan di tanah Kei, khususnya di Kei Kecil. Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa setelah sekitar 55 - 65 tahun sejak kedatangan orang-orang dari Bali yaitu Kasdew dan keluarganya, baru ada penertiban hukum di tanah Kei, khususnya di Kei Kecil. Perkiraan penulis, Kasdew dan anaknya Tebtut kawin pada umur 25 tahun. Karena keduanya suami-isteri yang subur, maka cukup setahun saja mereka sudah punya anak. Dit Sakmas kawin pada usia 15 tahun. Penulis berpendapat begitu dengan alasan bahwasanya wanita biasa kawin pada usia yang lebih muda. Karena itu hitungannya 2 x 25 + 2 + 15 = 67. Pertimbangan itu dengan memperhitungkan faktor mungkin Tebtut, atau ayahnya Kasdew, kawin lebih muda lagi, sehingga batas perkiraan tahun yang dilalui seperti itu, yakni  55 – 65 tahun.
Perkiraan waktu yang penulis kemukakan itu hendak menunjukan bahwa ada kaitan dengan kedatangan orang Bali ke tanah Kei, yang juga sangat erat berkaitan dengan penataan hukum di Kei. Setelah kedatangan orang-orang Bali bersamaan dengan runtuhnya kerajaan Majapahit tahun l478, bisa diperoleh gambaran bahwa Hukum Larvul baru  diterima di kelompokmasyarakat sembilan, Ursiuw, yang dicetuskan di Ela'ar-Ngursoin, Kei Kecil sekitar tahun 1487 + (55- 65) : tahun 1542/1552; sedangkan Hukum Ngabal baru berlaku di kelompo kmasyarakt lima, Lorlim , yang dicetuskan di Lair-Oholirn, Kei Besar sekitar tahun 1542/1552 + 15 tahun = 1557/1567. Lima belas tahun ini penulis hitung dari tambahan usia Bunte Nuhu Dit, putri dari Arnuhu dan Dit Sakmas yang kawin dengan Bomav, yang menjadi raja di Fer dan berjasa mengesahkan dan menyebarkan Hukum Ngabal.
Berdasarkan perhitungan penulis itu, maka diperkirakan sekitar tahun 1557/1567 barulah Hukum Larvul Ngabal diterima secara umum dalam masyarakat Kei, dan mulai berlaku seiring dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Pada tahun itu juga pengangkatan raja-raja di kelompok-kelompok masyarakat Ursiuw, maupun Lorlim, yang memperkokoh keabsahan hukumLarvulNgabal.
Maksud penulis berupaya mengemukakan estimasi waktu legitimas ihukum adat itu demi mengingatkan masyarakat Kei bahwa setelah tenggang waktu sekian lama, ia dicari dan diangkat kembali untuk masuk secara “baru” dalam kehidupan mereka. Waktu yang lama itu sekitar 443 /433 tahun (1557/1567 – 24 Januari 2000). Jika usia rata-rata orang Kei 60 tahun, maka hukum adat itu baru dilihat kembali setelah 7 generasi  (443/433 : 60).
  Sumber : Sedubun 2001





Tidak ada komentar:

Posting Komentar